SEJARAH SITUS BITING ( BANGUNAN KUNO PENINGGALAN KERAJAAN LAMAJANG )
Situs Biting adalah peninggalan
peradaban Kerajaan Lamajang. Situs ini terletak di Dusun Biting, Desa
Kutorenon, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang. Dari situs inilah, kita
dapat menyaksikan kebesaran Kerajaan Lamajang. Disana terdapat benteng dengan
ketebalan 6 meter, tinggi 8-10 meter dan panjang sejauh 10 km.Disamping tembok
benteng Kota Raja, di situs ini dijumpai adanya menara pengawas dan juga makam
petilasan Minak Koncar. Minak Koncar dahulu adalah seorang Adipati yang menjadi
tokoh legenda di Lamajang.Lokasi Situs Biting mencapai 135 hektar. Lokasi ini
banyak menyimpan potensi benda-benda bersejarah peninggalan Kerajaan Majapahit.
Dalam sejumlah penggalian, pernah ditemukan ujung keris serta manik-manik.
Bahkan pernah ditemukan kepingan uang emas.
Situs Biting merupakan kota raja
Lamajang yang dibangun Arya Wira Raja yang dikelilingi gunung berapi, yakni Semeru,
Bromo, Lamongan, dan Argopuro. Selain itu, kota raja situs Biting dibanguan di
antara 3 sungai. Terdiri dari Sungai Bondoyudo, Sungai Winong, Sungai Ploso,
dan satu lagi sungai buatan serta ada banyak rawa untuk menuju ke Situs
Biting bila melihat topografi wilayah kabupaten Lumajang.
Kerajaan Lamajang yang yang dikeliling
Gunung Berapi, seperti cincin memusat. Sedangkan jalur transportasi menggunakan
jalur sungai yang menuju ke Pantai Selatan melalui sungai
Bondoyudo. Selain dari berbagai informasi masyarakat, banyak benteng luar
dibentuk dari susunan bata dan bukit sebelah utara situs
Biting. Bukit-bukit di sebelah utara, menurut warga, sebagai benteng alam
untuk kerajaan Lamajang,
Dalam perspektif kesejarahan
Lumajang pernah memainkan peran yang penting dan strategis baik dalam era
kerajaan kediri maupun era Majapahit. Sejak zaman kerajaan kediri lumajang
telah berdiri sebagai sebuah kadipaten yang subur dan makmur yang menjadi
daerah penyangga di wilayah timur, sebuah catatan prasasti mula malurung
menegaskan keberadaan Lamajang alias Lumajang.
Prasasti Mula Manurung ditemukan pertama kali pada tahun 1975 di Kediri. Prasasti ini berangka tahun 1977 Saka, mempunyai 12 lempengan tembaga . Pada lempengan VII halaman a baris 1 - 3 menyebutkan " Sira Nararyya Sminingrat, pinralista juru Lamajang pinasangaken jagat palaku, ngkaneng nagara Lamajang " yang artinya : Beliau Nararyya Sminingrat ( Wisnuwardhana ) ditetapkan menjadi juru di Lamajang diangkat menjadi pelindung dunia di Negara Lamajang tahun 1177 Saka, setelah diadakan penghitungan kalender kuno maka diperoleh tanggal 14 Dulkaidah 1165 atau tanggal 15 Desember 1255 M.
Prasasti Mula Manurung ditemukan pertama kali pada tahun 1975 di Kediri. Prasasti ini berangka tahun 1977 Saka, mempunyai 12 lempengan tembaga . Pada lempengan VII halaman a baris 1 - 3 menyebutkan " Sira Nararyya Sminingrat, pinralista juru Lamajang pinasangaken jagat palaku, ngkaneng nagara Lamajang " yang artinya : Beliau Nararyya Sminingrat ( Wisnuwardhana ) ditetapkan menjadi juru di Lamajang diangkat menjadi pelindung dunia di Negara Lamajang tahun 1177 Saka, setelah diadakan penghitungan kalender kuno maka diperoleh tanggal 14 Dulkaidah 1165 atau tanggal 15 Desember 1255 M.
Kerajaan Majapahit yang tumbuh
kemudian pada tahun 1400 Masehi dibawah kepempinan Raden Wijaya sejatinya
merupakan buah perjuangan beberapa pemimpin tanah jawa seperti ronggolawe
(adipati tuban), arya wiraraja (adipati sumenep) termasuk juga Pangeran Nambi.
Mereka dipersatukan oleh kesamaan cita-cita untuk membangun satu kerajaan
besar, berdaulat, makmur dan jaya membawa nama harum nusantara hingga ke
mancanegara.Setelah Majapahit berdiri di puncak keemasannya justru
intrik-intrik politik di lingkaran kekuasaan begitu besar sehingga lahirlah
kemudian pemberontakan Ronggolawe, pemberontakan Sora dan pemberontakan Nambi.
Pemberontakan Patih Nambi tergolong pemberontakan terbesar dan dikenal pula
sebagai Pemberontakan Lamajang.
Patih Nambi yang merupakan putra
adipati Lumajang dituding melakukan makar lantaran memilih berdiam di Lumajang
pasca wafatnya sang ayah Nararyya Kirana. Untuk menghadapi superioritas pasukan
majapahit Nambi membuat benteng pertahanan (biting) dan mengerahkan
prajurit-prajurit lumajang yang terbaik untuk mempertahankan kedaulatan
Lumajang. Pada saat itu Lumajang menjadi ajang pertempuran dan banjir darah
hingga Nambi turut gugur dalam peristiwa itu.
Benteng situs biting sampai
sekarang masih ada. Banyak masyarakat datang kesana untuk melihat bangunan
bersejarah tersebut. Dan tempat itu di kadang kala di jadikan objek literatur
pembelajaran sejarah,baik di jadikan literatur bagi pelajar maupun non pelajar .kadang dari luar
lumajang pun ada yang berkunjung kesana.
Mereka berbondong – bondog untuk melihat bangunan sejarah tersebut yang hanya
berada di kota lumajang. Oleh karena itu situs bitiing merupakan bangunan
bersejarah khas kota lumajang.
Penyusun : angger dwi lestari
Sumber pustaka :
http://yuiwung.blogspot.co.id/2012/05/sejarah-lumajang.html