Sabtu, 03 September 2016

SEJARAH SITUS BITING ( BANGUNAN KUNO PENINGGALAN KERAJAAN LAMAJANG )

SEJARAH SITUS BITING ( BANGUNAN KUNO PENINGGALAN KERAJAAN LAMAJANG )



Situs Biting adalah peninggalan peradaban Kerajaan Lamajang. Situs ini terletak di Dusun Biting, Desa Kutorenon, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang. Dari situs inilah, kita dapat menyaksikan kebesaran Kerajaan Lamajang. Disana terdapat benteng dengan ketebalan 6 meter, tinggi 8-10 meter dan panjang sejauh 10 km.Disamping tembok benteng Kota Raja, di situs ini dijumpai adanya menara pengawas dan juga makam petilasan Minak Koncar. Minak Koncar dahulu adalah seorang Adipati yang menjadi tokoh legenda di Lamajang.Lokasi Situs Biting mencapai 135 hektar. Lokasi ini banyak menyimpan potensi benda-benda bersejarah peninggalan Kerajaan Majapahit. Dalam sejumlah penggalian, pernah ditemukan ujung keris serta manik-manik. Bahkan pernah ditemukan kepingan uang emas.
Situs Biting merupakan kota raja Lamajang yang dibangun Arya Wira Raja yang  dikelilingi gunung berapi, yakni Semeru, Bromo, Lamongan, dan Argopuro. Selain itu, kota raja situs Biting dibanguan di antara 3 sungai. Terdiri dari Sungai Bondoyudo, Sungai Winong, Sungai Ploso, dan satu lagi sungai buatan serta ada banyak rawa untuk menuju ke Situs Biting bila melihat topografi wilayah kabupaten Lumajang.
Kerajaan Lamajang yang yang dikeliling Gunung Berapi, seperti cincin memusat. Sedangkan jalur transportasi menggunakan jalur sungai yang menuju ke Pantai Selatan melalui sungai Bondoyudo. Selain dari berbagai informasi masyarakat, banyak benteng luar dibentuk dari susunan bata dan bukit sebelah utara situs Biting. Bukit-bukit di sebelah utara, menurut warga, sebagai benteng alam untuk kerajaan Lamajang,
Dalam perspektif kesejarahan Lumajang pernah memainkan peran yang penting dan strategis baik dalam era kerajaan kediri maupun era Majapahit. Sejak zaman kerajaan kediri lumajang telah berdiri sebagai sebuah kadipaten yang subur dan makmur yang menjadi daerah penyangga di wilayah timur, sebuah catatan prasasti mula malurung menegaskan keberadaan Lamajang alias Lumajang.
            Prasasti Mula Manurung ditemukan pertama kali pada tahun 1975 di Kediri. Prasasti ini berangka tahun 1977 Saka, mempunyai 12 lempengan tembaga . Pada lempengan VII halaman a baris 1 - 3 menyebutkan " Sira Nararyya Sminingrat, pinralista juru Lamajang pinasangaken jagat palaku, ngkaneng nagara Lamajang " yang artinya : Beliau Nararyya Sminingrat ( Wisnuwardhana ) ditetapkan menjadi juru di Lamajang diangkat menjadi pelindung dunia di Negara Lamajang tahun 1177 Saka, setelah diadakan penghitungan kalender kuno maka diperoleh tanggal 14 Dulkaidah 1165 atau tanggal 15 Desember 1255 M.
Kerajaan Majapahit yang tumbuh kemudian pada tahun 1400 Masehi dibawah kepempinan Raden Wijaya sejatinya merupakan buah perjuangan beberapa pemimpin tanah jawa seperti ronggolawe (adipati tuban), arya wiraraja (adipati sumenep) termasuk juga Pangeran Nambi. Mereka dipersatukan oleh kesamaan cita-cita untuk membangun satu kerajaan besar, berdaulat, makmur dan jaya membawa nama harum nusantara hingga ke mancanegara.Setelah Majapahit berdiri di puncak keemasannya justru intrik-intrik politik di lingkaran kekuasaan begitu besar sehingga lahirlah kemudian pemberontakan Ronggolawe, pemberontakan Sora dan pemberontakan Nambi. Pemberontakan Patih Nambi tergolong pemberontakan terbesar dan dikenal pula sebagai Pemberontakan Lamajang.
Patih Nambi yang merupakan putra adipati Lumajang dituding melakukan makar lantaran memilih berdiam di Lumajang pasca wafatnya sang ayah Nararyya Kirana. Untuk menghadapi superioritas pasukan majapahit Nambi membuat benteng pertahanan (biting) dan mengerahkan prajurit-prajurit lumajang yang terbaik untuk mempertahankan kedaulatan Lumajang. Pada saat itu Lumajang menjadi ajang pertempuran dan banjir darah hingga Nambi turut gugur dalam peristiwa itu.
Benteng situs biting sampai sekarang masih ada. Banyak masyarakat datang kesana untuk melihat bangunan bersejarah tersebut. Dan tempat itu di kadang kala di jadikan objek literatur pembelajaran sejarah,baik di jadikan literatur bagi  pelajar maupun non pelajar .kadang dari luar lumajang  pun ada yang berkunjung kesana. Mereka berbondong – bondog untuk melihat bangunan sejarah tersebut yang hanya berada di kota lumajang. Oleh karena itu situs bitiing merupakan bangunan bersejarah khas kota lumajang.  







Penyusun                            : angger dwi lestari
Sumber pustaka               : http://yuiwung.blogspot.co.id/2012/05/sejarah-lumajang.html


Senin, 29 Agustus 2016

Sejarah Kota Lumajang



                                                SEJARAH KOTA LUMAJANG

Lumajang adalah kabupaten di Jawa Timur yang berada di kaki gunung tertinggi Pulau Jawa yakni Mahameru atau Semeru. Lumajang dijaman pra sejarah dikenal dengan sebutan Negara Lamajang yang bisa dilihat dalam Prasasti Mula Malurung Sminingrat (Wisuwardhana) ditetapkan menjadi juru di Lamajang diangkat menjadi pelindung dunia di Negara Lamajang tahun 1177 Saka pada Prasasti tersebut setelah diadakan penelitian/penghitungan kalender kuno maka ditemukan dalam tahun Jawa pada tanggal 14 Dulkaidan 1165 atau tanggal 15 Desember 1255 M.yang merupkan prasasti tertua yang isinya yaitu “Sira Nararyya Sminingrat, pinralista juru Lamajang pinasangaken jagat palaku, ngkaneng nagara Lamajang” yang artinya “ Dia Nararyya  Sejarah Lumajang kemungkinan mulai tercatat pada abad ke-12, ketika Lumajang telah dianggap sebagai tempat yang cukup penting semenjak tahun 1182 M. Lumajang menjadi terkenal dan maju setelah Arya Wiraraja adalah tokoh besar yang lahir dari keturunan Brahmana dari Pulau Bali yang dasuh oleh Mpu Sedah. Menurut Babad Pararaton, nama kecilnya adalah Banyak Wide, secara etimologis yaitu “Banyak” adalah biasanya adalah nama yang disandang kaum Brahmana, seangkan “Wide” yang berarti “Widya” yang berarti pengetahuan. Jadi, nama Banyak Wide sendiri berarti Brahmana yang punya banyak pengetahuan atau cerdik. Arya wiraraja menjadi Raja di Lumajang setelah anaknya Ranggalawe tewas dibunuholeh pungawa Majapahit yang dipimpin oleh adipati Nambi. Beliau memerintah wilayah Tigang juru (Lumajang, Panarukan dan Blambangan) ditambah Madura dan banyak menanamkan pengaruh di Bali. Sejak tahun 1882 Lumajang masih merupkan Distrik (setingkat Kecamatan) yang dipimpin oleh seorang Wedono, kemudian tahun 1886 status sistem Pemerintahannya dinaikkan statusnya menjadi daerah Afdeeling (setingkat Kabupatenn), kepala Pemerintahannya adalah seorang Patih Afdeeling, dan tahun 1929 sistem Pemerintahan di Lumajang dinaikkan lagi statusnya menjadi Kabupaten, kepala pemerintahannya adalah seorang Bupati.  Kerajaan Lumajang beribukota di daerah Biting Kutorenon Kabupaten Lumajang hingga sekarang. Bahkan peninggalan benteng kota raja Lumajang masih bisa dijumpai dan tertimbun tanah (gundukan tanah). Situs Biting adalah sebuah situs arkeologis yang terletak di desa Kutorenon, kecamatan Sukodono, Lumajang, provinsi Jawa Timur. Situs ini diperkirakan merupakan peninggalan dari kerajaan  Lamajang dan tersebar di atas kawasan seluas sekitar 135 ha. Bangnan yang paling mengesankan adalah bekas tembok benteng dengan panjang 10 kilometer, lebar 6 meter, dan tinggi 10 meter. Nama Biting sendiri merujuk pada kosa kata Madura bernama “Benteng” karena daerah ini memang dikelilingi oleh benteng yang kokoh pada tahun 1995 di kawasan Situs Biting yang tentu saja banyak merusak peninggalan sejarah (situs) yang ada. Namun anehnya pihak-pihak terkait yaitu Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur yang merupakan lembaga penyelamat seolah diam melihat perusakan ini sehingga lebih kurang 15 hektar kawasan ini rusak oleh pembangunan ini. Pelestarian Situs Biting di Lumajang Jawa Timur merupakan contoh bagi para pecinta dan pelestari sejarah dimana LSM, Mahasiswa maupun Masyarakat telah bahu membahu melakukn sosialisasi maupun advokasi terhadap peninggalan sejarah.

Sumber : wipkipedia.com
            kompasiana.com

PAMELA AGESTI